PTK (PENINGKATAN HASIL BEAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS V SDN 29 TERATAK TEMPATIH KECAMATAN BATANG KAPAS)
PENINGKATAN
HASIL BEAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG
DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS V SDN 29 TERATAK TEMPATIH
KECAMATAN
BATANG KAPAS
PROPOSAL
Oleh:
MAININAR
Nim:
1010013411477
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
BUNG HATTA (UBH)
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pembelajaran
sifat-sifat bangun ruang haruslah bermakna bagi siswa, supaya tidak kesulitan
dengan mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Pentingnya peningkatan
sifat-sifat bangun ruang ini karena pada pmbelajaran sifat-sifat bangun ruang
ini, siswa terkait langsung dengan khidupan sehari-hari. Di sini siswa nantinya
bisa menentukan titik pusat pada jarum jam yang ada di rumahnya yang berbentuk
lingkaran, dan menentukan tinggi sebuah topi yang berbentuk kerucut.
Pembelajaran
yang bermutu akan dapat mencapai hasil yang baik dan dapat mengembangkan
kemampuan siswa. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat besar dalam
mengorganisasikan kelas sebagai bagian dari proses pembeajaran dan siswa
sebagai subjek yang sedang belajar.
Berdasarkan
kenyataan pada pembelajaran matematika di SDN 29 Teratak Tempatih Kec. Batang
Kapas, banyak siswa yang kurang memahami sifat-sifat bangun ruang ini di kelas
V Sekoah Dasar. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui bentuk dari
bangun ruang ini. Sehingga menyebabkan hasil belajar pada sifat-sifat bangun
ruang di kelas V rendah.
Hal
ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian semester II pada pembelajaran
sifat-sifat bangun ruang di kelas V SDN 17 Simaung Cumateh Kec. Koto XI Tarusan
tahun pelajaran 2010/2011.
Nilai
Ulangan Siswa Kelas V
No
|
Nama
Siswa
|
KKM
|
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
R
|
6,60
|
3,00
|
Tidak
tuntas
|
2
|
R
|
6,60
|
4,00
|
Tidak
tuntas
|
3
|
T
|
6,60
|
4,80
|
Tidak
tuntas
|
4
|
G
|
6,60
|
4,00
|
Tidak
tuntas
|
5
|
L
|
6,60
|
3,50
|
Tidak
tuntas
|
6
|
M
|
6,60
|
8,80
|
Tuntas
|
7
|
G
|
6,60
|
4,00
|
Tidak
tuntas
|
8
|
M
|
6,60
|
4,50
|
Tidak
tuntas
|
9
|
A
|
6,60
|
7,00
|
Tuntas
|
10
|
D
|
6,60
|
8,30
|
Tuntas
|
11
|
W
|
6,60
|
4,80
|
Tidak
tuntas
|
12
|
D
|
6,60
|
5,80
|
Tidak
tuntas
|
13
|
I
|
6,60
|
4,80
|
Tidak
tuntas
|
14
|
L
|
6,60
|
8,80
|
Tuntas
|
15
|
H
|
6,60
|
5,80
|
Tidak
tuntas
|
16
|
D
|
6,60
|
3,80
|
Tidak
tuntas
|
17
|
A
|
6,60
|
2,80
|
Tidak
tuntas
|
18
|
R
|
6,60
|
4,30
|
Tidak
tuntas
|
19
|
Y
|
6,60
|
7,80
|
Tuntas
|
20
|
A
|
6,60
|
4,50
|
Tidak
tuntas
|
21
|
E
|
6,60
|
4,00
|
Tidak
tuntas
|
22
|
P
|
6,60
|
4,00
|
Tidak
tuntas
|
23
|
A
|
6,60
|
4,50
|
Tidak
tuntas
|
24
|
R
|
6,60
|
4,00
|
Tidak
tuntas
|
25
|
V
|
6,60
|
4,80
|
Tidak
tuntas
|
Sumber: buku nilai siswa kelas V SDN
17 Simaung Cumateh
Table di atas menunjukkan bahwa
hasil nilai ulangan semester II siswa kelas V SDN 17 simaung cumateh kec. Koto
xi tarusan pada pembelajaran sifat-sifat bangun ruang masih dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 6,60. Rata-rata persentase siswa yang tuntas
hanya 20% dan tidak tuntas sekitar 80%. Jadi terlihat bahwa lebih banyak siswa
yang tidak tuntas dibandingkan siswa yang pada siswa kelas V SDN 17 simaung
cumateh kec. Koto xi tarusan. Hal ini mnunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada
pembeajaran sifat-sifat bangun ruang masih rendah.
Untuk mengatasi masalah diatas,
dibutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang agar
proses pembelajaran sifat-sifat bangun ruang ebih menyenangkan dan diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan
adalah dengan menerapkan pendekatan Contextual
Teaching And learning (CTL).
Pendekatan merupakan suatu konsep
dasar yang menguatkan dan melatari pembelajaran. Penggunaan pendekatan tentunya
disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan, dengan mempertimbangkan
situasi kondisi kelas, sarana dan prasarana serta pertimbagan lain. Maka dari
itu, guru dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan menggunakan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran.
Menurut Dikdasmen (2008: 1)
“pendekatan kontekstual (CTL)
merupakan konsep belajar yang menuntut guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari”.
Nurhadi,
(2002: 5) mengemukakan “pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.
Menurut
Nurhadi (2003: 5) “pendekatan kontekstual (CTL)
juga menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar
agar kelas lebih hidup “bermakna” karena siswa “mengalami” sendiri apa yang
dipelajarinya”.
Penggunaan
pendekatan CTL dalam pembelajaran
sifat-sifat bangun ruang mempunyai peranan penting untuk dapat mningkatkan
kemampuan siswa dalam pembelajaran. Penyajian materi dengan pendekatan CTL dapat membuat siswa belajar dalam
situasi yang menyenangkan dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik dan bermakna. Oleh sebab itu penyajian materi dengan menggunakan
pendekatan kontekstual memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan hasil
belajar. Melalui pendekatan kontekstual, siswa dilatih untuk dapat memecahkan
masalah yang ada di dunia nyata atau dalam kehiupan shari-hari. Pemdekatan
kontekstual juga bermanfaat menciptakan siswa aktif dalam belajar. Dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan (CTL) menurut Nurhadi.
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar
Sifat-Sifat Bangun Ruang Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kelas V SDN 29 Teratak
Tempatih Kecamatan Batang Kapas”.
B. Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimanakah
perencanaan pembelajaran sifat-sifat bangu ruang dengan menggunakan pendekatan contextual Teaching And Learning (CTl)
di kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
2.
Bagaimanakah
pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching And Learning (CTL)
untuk meningkatkan hail belajar siswa keas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan
Batang Kapas?
3.
Bagaimanakah
peningkatan hasil belajar siswa pada sifat-sifat bangun ruang dengan
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang
Kapas?
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai
dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penlitian proposal
ini adalah untuk mendeskripsikan:
1.
Perencanaan
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada
siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
2.
Perencanaan
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan
Batang Kapas.
3.
Pelaksanaan
peningkatan hasil belajar siswa pada sifat-sifat bangun ruang dengan
menggunakan pendekatan Contextual
Teaching Learning (CTL) dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang
Kapas.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
bagi berbagai pihak antara lain:
1.
Peneliti
diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat
membandingkannya dengan penerapan teori pembelajaran yang lain disekolah dasar.
2.
Guru
diharapkan menerapkan teori ini, karena dapat bermanfaat sebagai masukan
pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanankan pembelajaran matematika.
3.
Pembaca
diharapkan hendaknya dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Penerapan
Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajran Matematika.
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. Kajian
Teori
1. Tinjauan
Tentang Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sesuatu
yang diperoleh setelah melakukan kegiatan hasil belajar dan menjadi indicator
keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar ditandai
dengan adanya suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa. Sebagaimana yang
dikatakan Nana (2002: 28) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang dimiiki setelah seseorang memiiki pengalaman yang belajar.
Hasil belajar merupakan tolak
ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam
mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran. Hasil belajar siswa itu dapat
diperoleh dengan mengadakan evaluasi. Dimana evaluasi itu merupakan kegiatan
dari belajar mengajar. Menurut Oemar (1993: 21) mengatakan bahwa:
Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul
misalkan dari tidak tahu menjadi tahu, timbul pengertian-pengertian baru,
perubahan daam sikap kebiasaan, keterampilan, kesanggupan, menghargai,
perkembangan sifat-sifat social, emosional dan pertumbuhan jasmani. Jadi hasil
belajar diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
diperoleh setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Baik dalam bentuk prestasi
belajar maupun perubahan tingkah laku dan sikap siswa yang telah mengalami
belajar. Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat
keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran. Untuk
mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah mampu merobah
tingkah laku peserta didik maka terlebih dahulu perlu diketahui hasil belajar
yang diperoleh siswa.
Dalam
penelitian yang dilakukan ini hasil belajar merupakan proses tingkah laku
individu, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang merupakan hasil dari aktivita belajar yang
ditunjukkan dengan angka.
2. Sifat-sifat
Bangun Ruang
Cholis (1999: 237) menyatan bahwa
“bangun ruang mempunyai unsur-unsur atau bagian-bagian yaitu: (1) Sisi adalah
suatu bidang pada bangun ruang yang membatasi bangun tersebut dengan
sekitarnya. (2) Rusuk adalah pertemuan dua sisi yang berupa garis. (3) Titik
sudut adalah pertemuan tiga buah rusuk”.
Menurut Tajuddin (2002: 90)
“Bangun ruang adalah bangun yang dibentuk dari himpunan titik, tidak satu
bangunruang yang terbentuk oleh perpotongan garis-garis yang mempunyai
bagian-bagian rusuk, titik sudut, garis dan sisi”.
Bangun ruang mempunyai komponen:
a.
Sisi
adaah bidang yang merupakan batas dari suatu bangun yang membatasi bangun
tersebut dengan sekitarnya.
b.
Rusuk
adalah pertemuan atau persekutuan dari dua sisi yang berupa ruas garis.
c.
Titik
sudut adalah pertemuan dua buah rusuk atau lebih.
Berdasarkan
pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah “suatu himpunan
titik yang tidak seluruhnya terletak pada satu bidang yang terdiri dari sisi,
mempunyai titik sudut, dan mempunyai rusuk membentuk bangun ruang tersebut”.
Sifat-sifat
bangun ruang:
a.
Prisma
Tegak
Menurut Sobirin (2007: 42)
“Prisma tegak adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bujur sangkar yang
kongruen/bidang enam beraturan.
Sifat-sifatnya:
a.
Mempunyai
6 sisi yang berbentuk persegi atau persegi panjang dan sisi yang berhadapan
sama luas.
b.
Mempunyai
12 rusuk.
Rusuk-rusuk yang sejajar sama panjang.
c.
Mempunyai
8 titik sudut.
b.
Tabung
Menurut Sobirin (2006: 46)
“Tabung adalah prisma tegak yang bidang alasnya berbentuk lingkaran”. Tajuddin
(2002: 96) menyatakan bahwa “Tabung merupakan bangun ruang yang berbatas bidang
lengkung dan dua bulatan yang sama besar”.
Sifat-sifatnya:
a.
Memiliki
sisi alas dan sisi atas berbentuk lingkaran yang sebangun dan sejajar.
b.
Memiliki
sisi lengkung yang disebut selimut tabung.
c.
Tidak
memiliki titik sudut.
d.
Memiliki
tinggi yaitu jarak antara alas dengan sisi atas tabung.
c.
Limas
Menurut Jalius Hambali (1991:
321) “Limas segitiga merupakan bidang empat, yaitu bangun ruang yang mempunyai
sisi paling sedikit 4 dan sisi alasnya berupa daerah segitiga”.
Menurut Asyarie (1998: 60) “Limas
segi empat yaitu limas yang alasnya berbentuk segi empat”.
1.
2.
Limas
Segitiga Limas segi empat
Sifat-sifatnya:
a.
Alasnya
berbentuk segitiga, segi empat, segi lima dan sebagainya.
b.
Memiliki
titik puncak yang merupakan pertemuan beberapa buah segitiga.
c.
Memiliki
tinggi yang merupakan jarak dari titik puncak ke alas limas.
d.
Memiliki
bidang sisi, titik sudut, dan rusuk.
Pada limas segitiga ada 4 bidang sisi, 4 titik sudut
dan 6 rusuk. Pada limas segi empat ada 5 bidang sisi, 5 titik sudut dan 8 rusuk. Pada limas segi enam ada 7
bidang sisi, 7 titik sudut dan 12 rusuk.
d.
Kerucut
Kerucut adalah suatu bangun ruang
yang merupakan suatu limas beraturan yang bidang alasnya berbentuk ingkaran
Sifat-sifatnya:
a.
alasnya berbentuk lingkaran.
b.
memiliki
sisi lengkung sebagai selimut kerucut.
c.
memiliki
titik puncak.
d.
jarak
titik puncak ke alas disebut tinggi kerucut.
3. Pendekatan
contextual Teaching And Learning (CTL) dan
Pembeajarannya.
a.
Pengertian Pendekatan contextual Teaching And Learning (CTL)
Menurut Nurhadi (2003: 12)
Pendekatan CTL
merupakan konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan antara
materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk
dapat menghubungkan pengetahuan yang dimililkinya dan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga bahkan anggota masyarakat dimana
dia hidup.
Pendapat
ini sejalan dengan pendapat Ahmad (2004: 12) yang mengatakan bahwa “pendekatan CTL dalam konsep pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan
mendorong siswa dalam membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari”
Menurut Jhonson Eliane (2007:
142) menyatakan bahwa:
Pendekatan CTL
adalah sebuah system yang menyeluruh, kontekstual terdiri dari
bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin satu
sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan
bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian kontekstual yang berbeda-beda
ini memberikan bantuan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara
bersama-sama mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para siswa melihat
makna dalam hidupnya, dan mengingat materi akademik.
System
CTL adalah sebuah system dalam
pembelajaran yang bertujuan mendorong para siswa melihat makna dalam matri
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks
keadaan pribadi, social dan budaya.
Pendekatan
CTL akan lebih bermakna bagi siswa,
karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalaminya. Siswa sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
kehidupannya nanti. Dalam kelas CTL,
guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak
berurusan dengan strategy daripada member informasi. Penggunaan dan ketrampilan
diperoleh dengan menemukan sendiri. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL menekankan materi, artinya pembelajaran diorientasikan pada
proses pengalaman secara langsung. Selain itu pembelajaran CTL mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi dunia nyata, artinya siswa dituntut dapat
menerapkannya dalam kehidupan, bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat
mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Karakteristik
Pendekatan CTL
Salah
satu pendekatan pengajaran yang digunakan adalah Pendekatan CTL, karena Pendekatan CTL memiliki karaktristik. Kumandar
(2008: 297) mengidentifikadi ada enam larakteristik dari Pendekatan CTL sebagai berikut: 1) pembelajaran
yang bermakna. 2) penerapan pengetahuan. 3) berfikir tingkat tinggi. 4)
kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. 5) responsive terhadap budaya
dan 6) pnilaian otentik, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)
Pembelajaran
bermakna, yang pemahaman relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan
kepentingan siswa dalam belajar.
2)
Penerapan
pengetahuan yaitu kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan
diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau masa yang
akan datang.
3)
Berfikir
tingkat tinggi, yaitu kemampuan siswa untuk memanfaatkan berfikir kritis dan
kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu, dan pemecahan suatu
masalah.
4)
Kurikulum
yang dikembangkan berdasarkan standar, isi pembelajaran harus dikaitkan dengan
standar local, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta dunia kerja.
5)
Responsive
terhadap budaya;guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan
kebiasaan siswa, teman, pendidik, dan masyarakat tempat ia mendidik.
6)
Penilaian
otentik, penggunaan berbagai strategy penilaian, misalnya penilaian
proyek/tugas terstruktur dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa karakteristik Pendekatan CTL
adalah sebagai berikut: pembelajaran yang bermakna, penerapan pengetahuan,
berfikir tingkat tinggi, refleksi dan penilaian autentik.
c.
Prinsip Pelaksanaan
Pendekatan CTL
Dalam pengajaran pendekatan yang
digunakan adalah Pendekatan CTL,
karena pendekatan ini dalam pelaksanaannya mempunyai prinsip.
Menurut Ahmad (2004: 6) dalam
penerapannya “Pendekatan CTL terdapat
tujuh komponen utama yang harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh.
Komponen-komponen tersebut adalah:
1)
Konstruktivisme,
adalah prosese penyusunan atau membangun pengalaman baru dialami siswa. Ini
merupakan landasan filosofi yang mendasari Pendekatan pembeajaran CTL. Dalam pandangan kaum
konstruktivisme, strategy lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa
memperoleh dan mengingat pengetahuan.M
2)
Menemukan
sendiri (inqiuri), merupakan proses pembelajaran dimana siswa mencari atau menemukan
sendiri objek yang dipelajarinya mealui prosese berfikir sistematis. Bagian
inti dari pembelajaran kontekstual, proses penemuan itulah yang paling penting
dalam pembelajaran.
3)
Bertanya
merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Bertanya merupakan
kegiatan guru untuk mendorong dan membimbing peserta didik, juga merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang diketahuinya dan mengarahkan aspek yang
diketahuinya.
4)
Masyarakat
belajar, adalah membentuk kelompok belajar. Hal ini dapat terjadi apabila siswa
dan guru atau siswa dengan siswa memiliki interaksi yang efektif dan
komunikatif.
5)
Permodelan,
bagian penting lainnya dalam pembelajaran CTL.
Yang dimaksud dengan permodelan ini adalah contoh-contoh belajar, tindakan atau
prilaku yang ditunjukkan oleh guru.
6)
Refleksi
adalah cara berfikir tentang apa saja yang baru dipelajari atau berfikir
kebelakang apa saja yang sudah dilakukan pada masa lalu. Fungsinya adalah untuk
mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman lama dengan yang baru.
7)
Penilaian
yang sebenarnya (authentic assesment) adalah
proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa.
Karakteristik penilaian dalam Pembelajaran CTL
adalah: a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
b) bisa digunakan untuk tes formatif maupun sumatifyang diukur ketrampilan dan
performen bukan mengingat fakta. c) berkesinambungan, yaitu penilaian yang
dilakukan secara terus menerus. d) terintergrasi, penilaian bukan dinilai dari
satu aspek saja tetapi dari berbagai aspek. e) dapat digunakan sebagai umpan
balik (feed back).
d.
Langkah-langkah
Pendekatan CTL
Kunandar (2008: 305), menyatakan
bahwa ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan Pembelajaran CTL dikelas. Komponen tersebut adalah:
1.
Konstruktivisme
(constructivisme)
2.
Menemukan
sendiri (inqiuri)
3.
Bertanya
(questioning)
4.
Masyarakat
belajar (learning community)
5.
Permodelan
(modelling)
6.
Refleksi
(refleksion)
7.
Penilaian
yang sebenarnya (authentic assesment)
Nurhadi (2008: 33) menegaskan
bahwa pendekatan (CTL) sebagai suatu
pendekatan pembelajaran memiliki tujuan komponen utama yaitu: Konstruktivisme (constructivisme), Menemukan sendiri (inqiuri), Bertanya (questioning), Masyarakat belajar (learning community), Permodelan (modelling), Refleksi (refleksion),
Penilaian yang sebenarnya (authentic
assesment). Apabila diterapkan di dalam pembelajaran, terlihat pada
realitas sebagai berikut:
1.
Kegiatan
yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajran akan lebih bermakna apabila
siswa bekerja sendiri menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan
ketrampilan barunya.
2.
Kegiatan
pembelajaran yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang
topic atau permasalahan ynag akan dibahas.
3.
Kegiatan
pembelajaran yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati menyelidiki,
menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil
menemukan sesuatu.
4.
Kegiatan
pembeajran yang bisa menciptakan suasana blajar bersama atau berkelompok
sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerjasama, dan saling membantu
dengan yang lain.
5.
Kegiatan
pembelajaran yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan
siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil
karya, cara mengoperasikan sesuatu dan sebagainya.
6.
Kegiatan
pembelajaran yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab
dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahanny, merekonstruksikan
kegiatan yang dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan dan saran atau
harapan siswa.
7.
Kegiatan
pembelajaran yang bisa diamati secara periodic perkembangan kompetensi siswa
melalui kegiatan-kegiatan nyata ketikanpembelajaran berlangsung.
e.
Keunggulan Pendekatan CLT
Pendekatan
CTL digunakan daam proses pembelajaran
karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan pendekatan lain. Adapun
Pendekatan CTL menurut beberapa
pendapat antar lain:
Mulyana
(dalam ahmad, 2004: 15) mengenukakan bahwa “keunggulan Pendekatan CTL adalah a) orientasi siswa, b) aktif
kreatif, c) kooperatif, d) realistis, e) eksploratif, f) kesadaran diri, g)
fungsional dan h) konstruktivis”.
Sedangkan
Wina (2006: 115) mengatakan keunggulan Pendekatan CTL adalah:
a)Menempatkan
siswa sebagi subjek belajar, b) siswa belajar mealui keompok seperti kerja
keompok dan diskusi, c) kemampuan didasarkan
atas pengalaman, d) kemampuan didasrkan atas pengalaman, e) tujuan akhir
dari proses pembelajaran adalah kepuasan diri, f) tindakan atau prilaku yang
dibangun atas kesadaran diri sendiri, g) pengetahuan yang dimiliki seorang
individu harus bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
mereka masing-masing, i) pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam komteks
dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, j) keberhasilan pembelajaran
diukur dengan berbagai macam cara misalnya dengan evaluasi diri, penampilan,
observasi dan lain-lain.
Selanjutnya
peneliti simpulkan keunggulan dari Pendekatan CTL yaitu: menempatkan siswa sebagai subjek belajar dengan kelompok
pembelajaran berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, siswa belajar dari
pengalaman atau pengetahuan sendiri, sehingga siswa dapat kepuasaan tersendiri
dari dirinya. Pendekatan CTL ini bisa
terjadi dimana saja dan keberhasilan dengan berbagai cara, yang meliputi
evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi dan yang lainnya.
f.
Implementasi Pendekatan
CTL
Untuk
dapat mengimplementasikannya Pembelajarn CTL,
dan guru dalam pembelajarannya mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya
dengan dunia nyata oeserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimiliki dengan pnerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama CTL (Nurhadi, 2004: 13) yakni sebagi berikut:
a.
Mengembangkan
pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan
untuk bekerja, menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru (constructivism)
b.
Memebentuk
group belajar yang saling tergantung (interpendent
learning groups) yaitu agar hasi pembelajaran diperoleh dari hasi kerja
sama dengan orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu diaksanakan dalam
keompok-keompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
kelompok.
c.
Menfasilitasi
kegiatan penemuan (inquiri) yaitu
agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri
(bukan hasil mengingat sebuah fakta).
d.
Mengembangkan
sikap ingin tahu siswa melaui pengajuan pertanyaan (questioning). Bertanya dipandang sebagi kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing dan memahami kemampuan berfikir siswa sedangkan bagi
siswa sebagi kegiatan bertanya dan menggali informasi, mengkonfirmasikan apa
yang diketahuinya dan mengarahkan aspek yang diketahuinya.
e.
Pemodel
(modelling) dalam sebuah pembelajaran
harus ad model yang bisa ditiru. Guru bisa jadi model tentang pembelajaran yang
dipelajari, tetapi model tidak hanya dari guru, siswa juga bisa jadi mode atau
melibatkan orang luar.
f.
Refleksi
(refleksion) cara berfikir tentang
apa saja yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang apa saja yang sudah
dilakukan pada masa lalu. Kuncinya adalah sebagaimana pengetahuan itu mengendap
dibenak siswa.
g.
Penilaian
yang sebenarnya (authentic assesment)
proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa.
Pembelajran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa
agar mampu mempelajari (learning how to
learn) sesuatu, bukan ditekankan kepada diperolehnya sebanyak mungkin
informasi diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar diniai dari proses,
bukan melalui hasil dan dengan berbagai cara. Tes salah satunya itulah hakekat
penilaian yang sebenarnya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003:
10-12).
4. Penerapan Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Sifat-Sifat Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V
SD.
Pembelajaran sifat-sifat bangun
ruang dengan Pendekatan CTL, harus
memperhatikan langkah-langkah penggunaan Pendekatan CTL dengan sepenuhnya. Agar proses belajar dapt berjalan dengan
effektif dan efisien, sehingga tujuan dari pembelajran tercapai dengan baik.
Standar kompetensinya adaah memahami sifat-sifat bangun ruang dan hubungan
antar bangun. Kompetensi dasarnya adalah mengindentifikasi sifat-sifat bangun
ruang. Adapun langkah-langkah dari penggunaan Pendekatan CTL harus tergambar dari kegiatan awal, kegiata inti dan kegiatan
akhir pembelajaran.
Hal ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
a)
Mengadakan
apersepsi tentang pengertian bangun ruang dan menampilkan alat peraga bangun
ruang untuk mengembangkan pemikiran siswa atau membuka schemata pada siswa
melalui alat peraga yang ada.
b)
Guru
dan siswa bertanya jawab tentang sifat-sifat bangun ruang dan prisma tegak.
c)
Siswa
menemukan sendiri sifat-sifat bangun ruang tabung dengan alat peraga yang
diguankan.
d)
Siswa
berkelompok untuk mencari sifat-sifat bangun ruang limas dan kerucut.
e)
Siswa
membuat laporan atas disuse yang telah dilakukan dalam kelompok masing-masing
dan keompok lain menanggapinya.
f)
Siswa
bersama guru menyimpulkan pelajaran yang telah diakukan.
g)
Guru
mengadakan evauasi sifat-sifat bangun ruang diakhir pembelajaran.
Berdasarkan tahap pembelajaran
yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pertrmuan pembelajaran
dengan menggunakan Pendekatan CTL
harus meliputi keseluruhan langkah-langkah dalam penggunaan Pendekatan CTL. Hal ini bertujuan agar kegiatan
pembelajaran dapat dilakukan didalam suatu kesatuan yang utuh dan
kesinambungan.
B. Kerangka
Teori
Banyak cara yang bisa diakukan
untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya menciptakan suasana belajar
yang mendorong siswa aagar terlihat aktif daam proses pembelajaran. Namun
kenyataan yang terjadi motivasi siswa dalam belajar belum maksimal. Keterlibatan
siswa dalam mental mamapu memberikan motivasi yang kuat agar siswa mampu
maksimal dalam persiapan sebeum belajar dan pada waktu belajar.
Penggunaan pendekatan dalam
pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh, semakin tepat
pendekatan yang digunakan maka hasil yang diperoleh akan semakin maksimal.
Salah satu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
adalah Pendekatan CTL.
Pendekatan CTL merupakan suatu Pendekatan yang menekankan pada proses
keterlibatab siswa dan mendorong siswa untuk menemukan menghubungkan antara
materi yang diajarkan dengan dunia nyata. Siswa tampakmlebih aktif dalam proses
pembeajaran untuk menemukan sendiri ilmu tersebut, guru hanya berperan sebagai
motivatoer dan fasilitator.
Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat kerangka penelitian dengan menggunakan Pendekatan CTL.
Kerangka
Teori Pembelajaran Sifat-sifat Bangun Ruang dengan Pendekatan CTL.
Langkah-langkah
Pendekatan CTL.
1.
Kontruktivisme
(mengembangkan kemampuan siswa dengan menyebutkan pengertian bangun ruang)
2.
Menemukan
sendiri (siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun ruang)
3.
Bertanya
(bertanya jawab dengan siswa tentang sifat-sifat bangun ruang)
4.
Masyarakat
belajar (siswa berdiskusi kelompok untuk membahas sifat-aifat bangun ruang)
5.
Permodelan
(siswa membuat laporan tentang diskusi yang telah dilakukan dan kelompok lain
menanggapinya)
6.
Refleksi
(membahas kembali dan menyimpulkan sifat-sifat bangun ruang)
7.
Penilaian yang sebenarnya (guru mengadakan
evaluasi sifat-sifat bangun ruang pada akhir pembelajaran)
|
Sifat-sifat Bangun
Ruang
1.
Sifat-sifat
prisma tegak
2.
Sifat-sifat
tabung
3.
Sifat-sifat
limas
4.
Sifat-sifat kerucut
|
Proses Pembelajaran Sifat-Sifat Bangun Ruang
|
Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Pada Pembeajaran Sifat-Sifat Bangun Ruang
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Lokasi
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas. Lokasi ini dipilih
sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
a.
Guru
sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang
dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
b.
Banyaknya
siswa dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas yang kurang
menyukai pembelajaran sifat-sifat bangun ruang.
c.
Hasil
belajar sifat-sifat bangun ruang rendah, hingga tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
d.
Belum
pernah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan CTL dalam pembelajaran sifat-sifat
bangun ruang pada siswa dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
2. Subjek
Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah
guru dan siswa dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas yang
berjumlah 25 orang. Pertimbangan penulis mengambil subjek penelitian tersebut
adalah berdasarkan pengamatan penulis terhadap siswa kelas V yang banyak
memiliki nilai matematika dibawah KKM.
3. Waktu/Lama
Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan
pada semester II tahun ajaran 2011/2012 di SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan
Batang Kapas. Lama penelitian ini adalah 2 minggu. Yang terdiri dari siklus I
selama satu minggu dengan dua kali pertemuan dan siklus II satu minggu dengan
satu kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari senin tanggal 16
januari 2012 pukul 07.30-08.40 WIB dan pertemuan II pada hari kamis tanggal 19
januari 2012 pukul 07.30-08.40 WIB. Sedangkan pelaksanaan siklus II
dilaksanakan pada minggu keempat bulan januari hari Kamis tanggal 26 januari
2012 pukul 07.30-09.15 WIB.
B. Rancangan
Penelitian
1.
Pendekatan
penelitian dan jenis penelitian.
a.
Pendekatan
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian yang penulis lakukan
bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dikelas V dengan menggunakan Pendekatan
CTL. Penelitian difokuskan pada
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Menurut Miles (1992: 15)
pendekatan kualitatif adalah”data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan
rangkaian kata, data ini dikumpukan mealui observasi, wawancara, inti sari
dokumen dan pita rekaman”.
Menurut Suharsimi (2002: 11)
“pendekatan kualitatif digunakan karena pelaksanaan penelitian ini terjadi
secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi
keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami, dan menentukan
keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan”.
Creswel (dalam Rochiati, 2005:
10)
Mengatakan hal yang senada dengan pendapat diatas
bahwa (1) penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, (2) penelitian
kualitatif berbeda asumsinya dengan desain kualitatif, penulis adalah
instrument utama dala mengumpulkan data, (3) data yang dikumpulkan bersifat
deskriptif dalam kata-kata, (4) focus diarahkan pada persepsi dan pengalaman
partisipan, (5) proses sama pentingnya dengan produk, perhatian penulis diarahkan
kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian, (6) penafsiran dalam
pemahaman idigrafis, perhatian kepada particular, memuat generalisasi, (7)
memunculkan desain, penulis mencoba mengkonstruksikan pemahaman dan penafsiran
dengan sumber data manusia, (8) objektifitas dan kebenaran dijunjung tinggi,
namun kriterianya berbeda dengan derajat kepercayaan didapat melalui verifikasi
berdasarkan koherensi, wawsan dan manfaat.
Menurut Ihat (2007: 193) “Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan”. Analisis data
kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil belajar dengan menggunakan pendekatan
persentase yang dikemukakan oleh BNSP (2006: 12) dengan rumusan sebagai
berikut:
x 100%
Keterangan: P =
Persentase
F
= frekwensi response
N
= jumalah responden
Setiap tahap pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan secara kolaboratif yaitu kerja sama antar peneliti yang melakukan
tindakan sesuai dengan perencanaan (praktis) dengan teman (guru atau teman
sejawat) sebagai observer.
b.
Jenis
penelitian
Sesuai dengan dengan masalah yang
diteliti maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class action research) yaitu suatu
penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang
dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Menurut Rustam “penelitian Tindakan Keas
(PTK) merupakan sebuah penelitian yang dilakukan guru dikelasnya sendiri dengan
jalan merancang, melaksanakan, dan merifleksikan tindakan inerjanya sebagai guru
sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”
Menurut Suwarsih “Penelitian Tindakan
merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan
situasi praktis.tentu peneitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan
situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya penelitian tindakan kelas”.
2.
Alur
Penelitian
Menurut Kemmis dan Taggart (dalam
Ritawati, 2007: 69) alur penelitian “merupakan prosedur daur ulang atau siklus
yang dimulai dari aspek mengembangkan, perencanaan, melakukan refleksi yaitu
perencanaan terhadap tindaka kegiatan dan kesuksesan hasil yang diperoleh”.
Sesuai dengan prinsip umu peneitian tindakan, maka setiap tahapan dan sikusnya
selau dilakukan secara partisipasi dan kolaboratif antara penulis dengan guru
dan kepala sekolah.
Penelitian ini dilakukan dua sikus,
masing-masing siklus terdiri dari 2 x pertemuan (4x35menit). Dan siklus II I x
pertemuan (3x35menit). Berdasarkan penjelasan diatas gambar alur penelitian ini
dapat dilihat pada bagian dibawah ini:
Alur
Penelitian
Menurut
Kemmis dan Taggart
Refleksi
Awal Berdasarkan Observasi di SD, Guru dan PBM menggunakan Pendekatan CTL.
|
SIKLUS I
|
Perencanaan
|
Langkah-langkah CTL
1.
Membangun
pengetahuan siswa melalui Tanya jawab tentang pengertian bangun ruang.
2.
Mengadakan
Tanya jawab tentang bentuk-bentuk bangun ruang.
3.
Menemukan
sendiri tentang sifat-sifat bangun ruang.
4.
Masyarakat
belajar melalui kelompok-keompok daam menemukan sifat-sifat bangun ruang yang
lain.
5.
Permodelan
dengan cara melaporkan hasil dari percobaan.
6.
Refleksi:
mencatat apa yang dipelajari dalam buku catatan.
7.
Melakukan
penilaian yang sebenarnya.
|
Tindakan dan pengamatan
|
Refleksi I
|
Belum
berhasil
|
SIKLUS II
|
perencanaan
|
Tindakan dan pengamatan
|
Langkah-langkah CTL
1.
Membangun
pengetahuan siswa melalui Tanya jawab tentang pengertian bangun ruang.
2.
Mengadakan
Tanya jawab tentang bentuk-bentuk bangun ruang.
3.
Menemukan
sendiri tentang sifat-sifat bangun ruang.
4.
Masyarakat
belajar melalui kelompok-keompok daam menemukan sifat-sifat bangun ruang yang
lain.
5.
Permodelan
dengan cara melaporkan hasil dari percobaan.
6.
Refleksi:
mencatat apa yang dipelajari dalam buku catatan.
7.
Melakukan
penilaian yang sebenarnya.
|
Berhasil
|
Refleksi II
|
laporan
|
C. Prosedur
Penelitian
1.
Perencanaan
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL. Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak
Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
a.
Siklus
I pertemuan 1
Perencanaan pembelajaran yang
penulis susun sesuai langkah-langkah Pendekatan CTL. Perencanaan pembelajaran ang disusun terdiri dari tiga
tahapan, yaitu:
1)
Kegiatan
Awal
Kegiatan yang dirancang pada kegiatan awal yaitu:
menyiapkan kondisi kelas dan media untuk menunjang pembelajaran, berdo’a mengabsen
siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa untuk Tanya jawab
mengenai pengertian bangun ruang sebagi appersesi.
2)
Kegiatan
Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan
langkah-langkah pembelajaran CTL
menurut Kunandar yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan sendiri, 3) Bertanya,
4) Masyarakat belajar, 5) Permodelan, 6)Refleksi, 7)Penilaian yang sebenarnya.
3)
Kegiatan
Akhir
Pada
akhir pemeblajaran guru langsung langsung memberikan tindak lanjut berupa PR
kepada siswa.
Berdasarkan
penilaian yang diperoleh dari hasil observer terhadap penilaian pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan materi sifat-sifat bangun ruang pada siklus I
pertemuan I adalah 67,85%. Nilai tersebut dibulatkan menjadi 68% dan didapatkan
karena perencanaan yang disusun beum dilaksanakan dngan baik. Oleh karena itu
penulis harus merumuskan perencanaan yang lebih tepat dan sesuai dengan Pendekatan
CTL.
b.
Siklus
I pertemuan 2
Perencanaan pembelajaran yang
penulis susun sesuai langkah-langkah Pendekatan CTL. Perencanaan pembelajaran ang disusun terdiri dari tiga
tahapan, yaitu:
1)
Kegiatan
Awal
Kegiatan yang dirancang pada kegiatan awal yaitu:
menyiapkan kondisi kelas dan media untuk menunjang pembelajaran, berdo’a
mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa untuk Tanya
jawab mengenai pengertian bangun ruang sebagi appersesi.
2)
Kegiatan
Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan
langkah-langkah pembelajaran CTL
menurut Kunandar yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan sendiri, 3) Bertanya,
4) Masyarakat belajar, 5) Permodelan, 6)Refleksi, 7)Penilaian yang sebenarnya.
3)
Kegiatan
Akhir
Pada
akhir pemeblajaran guru langsung langsung memberikan tindak lanjut berupa PR
kepada siswa.
Berdasarkan
penilaian yang diperoleh dari hasil observer terhadap penilaian pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan materi sifat-sifat bangun ruang pada siklus I
pertemuan 2 adalah 71,42%. Nilai tersebut diperoleh karena belum sesuai dengan
langkah-langkah CTL. Oleh karena itu
penulis harus merumuskan perencanaan yang lebih tepat dan sesuai dengan Pendekatan
CTL dan dilanjutkan ke siklus
berikutnya.
c.
Siklus
II pertemuan 1
Perencanaan pembelajaran yang
penulis susun sesuai langkah-langkah Pendekatan CTL. Perencanaan pembelajaran ang disusun terdiri dari tiga
tahapan, yaitu:
1)
Kegiatan
Awal
Kegiatan yang dirancang pada kegiatan awal yaitu:
menyiapkan kondisi kelas dan media untuk menunjang pembelajaran, berdo’a
mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa untuk Tanya
jawab mengenai pengertian bangun ruang sebagi appersesi.
2)
Kegiatan
Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan
langkah-langkah pembelajaran CTL
menurut Kunandar yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan sendiri, 3) Bertanya,
4) Masyarakat belajar, 5) Permodelan, 6)Refleksi, 7)Penilaian yang sebenarnya.
3)
Kegiatan
Akhir
Pada
akhir pemeblajaran guru langsung langsung memberikan tindak lanjut berupa PR
kepada siswa.
Berdasarkan
penilaian yang diperoleh dari hasil observer terhadap penilaian pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan materi menyeesaikan masalah sifat-sifat bangun ruang
dalam kehidupan sehari-hari pada siklus II pertemuan 1 adalah 82,14%. Nilai
tersebut diperoleh sesuai dengan langkah-langkah CTL. Oleh karena itu penulis telah berhasil dalam pembelajaran
sifat-sifat bangun ruang dengan baik.
2.
Pelaksanaan
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL. Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak
Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
a.
Pelaksanaan
dari aspek siswa
1.
Siklus
I pertemuan 1
Pada kegiatan pembelajran siklus
I, siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan
hasil pengematan yang dilakukan oleh pengamat II kegiatan pembelajaran dapat
dipaparkan sebagai berikut: pada pertemuan 1 jumlah skor minimal dengan
persentase 64,28%. Jadi keberhasilan kegiatan siswa pada siklus I ini termasuk
pada kategori cukup. Pelaksanaannya belum maksimal seperti yang diharapkan. Hal
ini terlihat dari kerja siswa dalam belajar keompok. Dimana selama belajar
kelompok berlangsung hanya sebagian keci siswa yang ikut aktif dan
berpartisipasi.
2.
Siklus
I pertemuan 2
Pada pembelajaran pertemuan ke 2
ini masih ada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat II kegiatan pembelajaran dapat
dipaparkan sebagai berikut: pada pertemuan ke 2 jumlah skor maksimal dengan
persentase 71,42% dan sudah tergolong baik. Pelaksanaannya hamper maksimal. Hal
ini terlihat dari kerja siswa dalam belajar keompok. Dimana selama belajar
kelompok berlangsung hanya sebagian keci siswa yang ikut aktif dan
berpartisipasi.
3.
Siklus
II pertemuan 1
Pada pembelajaran pertemuan ke 2
ini sudah hamper seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran sifat-sifat bangun
ruang. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat II skor sudah
mencapai 82,14% dan sudah tergolong sangat baik. Dan sudah berhasil
melaksanakan Pendekatan CTL.
b.
Pelaksanaan
dari aspek guru
1)
Siklus
I pertemuan 1
Kegiatan guru dalam pembelajaran
pada pertemuan 1 secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana yang
disusun sebelumnya. Kenyataan ini didukung oleh guru kelas III sebagai pengamat
1 dengan menggunakan lembaran pengamatan guru. Berdasarkan observasi yang
dilakukan pengamat skor yang didapatkan 60,74%. Peneliti telah berupaya
menerapkan dan meaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang,
namun pelaksanaannya masih belum maksimal.
2)
Siklus
I pertemuan 2
Kegiatan guru dalam pembelajaran
pada pertemuan 2 secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana yang
disusun sebelumnya. Kenyataan ini didukung oleh guru kelas III sebagai pengamat
1 dengan menggunakan lembaran pengamatan guru. Berdasarkan observasi yang
dilakukan pengamat skor yang didapatkan 67,85%. Peneliti telah berupaya
menerapkan dan meaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang,
namun pelaksanaannya masih belum maksimal.
3)
Siklus
II pertemuan 1
Kegiatan guru dalam pembelajaran pada siklus II
pertemuan 1 berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan. Kenyataan ini
didukung oleh guru kelas III sebagai pengamat 1 dengan menggunakan lembaran pengamatan
guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan pengamat skor yang didapatkan
78,57%. Peneliti telah berhasil melaksanakan Pendekatan CTL, dalam penilaian kegiatan guru.
3.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran
sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL. Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang
Kapas.
a.
Siklus
I pertemuan 1
Pada tahap yang diamati adalah hasil belajar siswa
ada tiga aspek penilaian yaitu:
1.
Aspek
kognitif
Dalam aspek ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar
siswa dan ketuntasan belajar siswa. Keberhasilan siswa dilihat dari evaluasi
yang dilakukan pada siklus I pertemuan 1 pembelajran sifat-sifat bangun ruang
melalui Pendekatan CTL. Yang
dijabarkan dalam table.
2.
Aspek
afektif
Dalam apek ini dapat dilihat selama proses
pembeajaran berlangsung siklus I pertemuan 2. Nilai yang diperoleh dapat
ijabarkan dalam sebuah table penilaian aspek afektif.
3.
Aspek
psikomotor
Pada aspek ini berisi tentang evaluasi proses kelompok,
selama proses pembelajaran berlangsung dan dituliskan dalam sebuah table
penilaian aspek psikomotor.
b.
Siklus
I pertemuan 2
Pada tahap yang diamati adalah hasil belajar siswa
ada tiga aspek penilaian yaitu:
1.
Aspek
kognitif
Dalam aspek ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar
siswa dan ketuntasan belajar siswa. Keberhasilan siswa dilihat dari evaluasi
yang dilakukan pada siklus II pertemuan 1 pembelajran sifat-sifat bangun ruang
melalui Pendekatan CTL. Yang
dijabarkan dalam table.
2.
Aspek
afektif
Dalam apek ini dapat dilihat selama proses
pembeajaran berlangsung siklus II pertemuan 3. Nilai yang diperoleh dapat
ijabarkan dalam sebuah table penilaian aspek afektif.
3.
Aspek
psikomotor
Pada aspek ini berisi tentang evaluasi proses
kelompok, selama proses pembelajaran berlangsung dan dituliskan dalam sebuah
table penilaian aspek psikomotor.
4.
Refleksi
a.
Siklus
I
Refleksi diartikan sebagai upaya
untuk mengkaji apa yang terjadi, apa yang tlah dihasilkan atau yang belum
tuntas pada langkah sebelumnya, sebagai bahan pertimbangan tindakan berikutnya.
Dalam tahap ini observer telah mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru
saja dilakukan. Hal-hal yang telah dibicarakan dalam refleksi adalah: 1.
Menganalisis tindakan yang telah dilakukan, 2. Mengulas dan mejelaskan
perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, 3.
Melakukan intervensi, permaknaan, dan menyimpulkan data yang diperoleh. Hasil
refleksi ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan pada siklus II.
b.
Siklus
II
Refleksi diartikan sebagai upaya
untuk mengkaji apa yang terjadi, apa yang tlah dihasilkan atau yang belum
tuntas pada langkah sebelumnya, sebagai bahan pertimbangan tindakan berikutnya.
Dalam tahap ini observer telah mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru
saja dilakukan. Hal-hal yang telah dibicarakan dalam refleksi adalah: 1.
Menganalisis tindakan yang telah dilakukan, 2. Mengulas dan mejelaskan
perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, 3.
Melakukan intervensi, permaknaan, dan menyimpulkan data yang diperoleh. Hasil
refleksi ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan pada siklus II.
D. Data
dan Sumber Data
1.
Data
penelitian
Data penelitian ini merupakan
hasil pengamatan dan catatan lapangan, dari setiap tindakan perbaikan pada
pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak
Tempatih Kecamatan Batang Kapas. Data tersebut berkaitan dengan:
a.
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai terlebih
dahulu disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrument format
penujang pelajaran. Materi pembelajaran diambil berdasrkan KTSP 2006 Sekolah
Dasar pada mata pelajaran matematika kelas V semester II. Buku panduan yang
digunakan adalah buku teks matematika kelas V terbitan BSE. Standar
kompetensinya memahami sifat-sifat bangun ruang an hubungan antar bangu.
Kompetensi dasarnya mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
b.
Pelaksanaan
pembelajaran yang berhubungan dengan prilaku guru dan siswa yang meliputi
interaksi pembelajaran antar guru dan siswa, siswa dengan siswa dan siswa, guru
dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang.
c.
Hasil
tes siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan pembelajaran sifat-sifat
bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
2.
Sumber
data
Sumber data penelitian ini
diperoleh dari hasil pengamatan proses kegiatan pembelajaran sifat-sifat bangun
ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL
Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas Kab. Pesisir
Selatan yang meliputi perencanaan pembelajaran. Pelasanaan yang terdiri dari
orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru membagi siswa beberapa
kelompok, dengan kelompok siswa bisa memecahkan masalah dengan inquiri, siswa
melaporkan hasil inquiri yang telah dilakukan, membimbing siswa untuk mengambil
kesimpulan dari hasil belajar dan mengaplikasikan simpulan daam kehidupan sehari-hari.
E. Instrument
Penelitian
Instrument
yang digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini dilakukan
melalui cara/teknik berikut ini:
1.
Lembar
instrument Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (APKG)
2.
Panduan
observasi (pengamatan), aktivitas siswa pada pembelajaran sifat-sifat
sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
3.
Tes
digunakan untuk mencari data hasil belajar siswa setelah belajar sifat-sifat
bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
F. Analisis
Data
Data
yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis
kuaitatif dan kuantitatif yang ditawarkan oleh Miles dan Hubberman (1992: 18)
yakni analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai
seluruh terkumpul, direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti
penyajian data dan terakhir pengumpulan data atau verifikasi. Tahap analisis
yang demikian dilakukan berulang-ulanng begitu data selesai dikumpulkanpada
setiap pengumpulan data dalam setiap tindakan. Tahap analisis tersebut
diuraikan sebagai brikut:
1.
Menelaah
yang telah dikumpulkan. Seperti mengelompokkan data pada siklus I dan siklus
II. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal data terkumpul.
2.
Reduksi
data meliputi kategorian dan pengklasfikasian. Semua data yang terkumpul
dipisah-pisahkan lalu diseleksi mana yang relevan dan mana yang tidak. Data
yang relevan dianalisis dan yang tidak dibuang.
3.
Menyajikan
data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi.
Data tersebut mula-mula disjikan terpisah, tetapi setelah tindakan terakhir
direduksi, keseluruhan data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu
sehigga diperoleh sajian tunggal berdasarkan focus pembelajaran sifat-sifat
bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
4.
Menyimpulkan
hasil penelitian. Tindakan ini merupakan akhir penelitian, diikuti dengan
kegiatan trianglusi atau pengujian temuan penelitian. Kegiatan trianglusi
dilakukan dengan cara: a. peninjauan kembali catatan lapangan, dan b. bertukar
pikiran dengan ahli, teman sejawat, dan guru serta kepala sekolah.
Penelitian
ini juga menggunakan analisis data kuantitatif. Data dikumpulkan pada setiap
kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK kemudian dianalsisis secara
deskriptif dengan menggunakan tekhnik persentase untuk melihat kecenderungan
yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar siswa
dengan menggunakan pendekatan persentase yang dikemukakan oleh BNSP (2006: 12)
dengan rumus sebagai berikut:
x 100%
Keterangan: P = Persentase
F
= frekwensi response
N
= jumalah responden
Persentase penilaian yang digunakan
adalah penilaian tindakan yang dikemukakan oleh Aderusliana (2009: 6) dengan
rumus sebagai berikut:
x
100%
Kriteria keberhasilan setiap tindakan
adalah 75%. Nilai ketuntasan kelas yang diharapkan berdasarkan standar
ketuntasan materi di SDN 29 Teratak
Tempatih Kecamatan Batang Kapas adalah 75%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kunandar (2008: 428-429) bahwa standar ketuntasan pembelajaran adalah 75%
sedangkan untuk niai ketuntasan perorangan siswa adalah 75.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar