Jumat, 04 April 2014

Penelitian Tindakan Kelas

PTK (PENINGKATAN HASIL BEAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS V SDN 29 TERATAK TEMPATIH KECAMATAN BATANG KAPAS)


PENINGKATAN HASIL BEAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DI KELAS V SDN 29 TERATAK TEMPATIH
KECAMATAN BATANG KAPAS

PROPOSAL


Oleh:

MAININAR
Nim: 1010013411477



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BUNG HATTA (UBH)
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sifat-sifat bangun ruang haruslah bermakna bagi siswa, supaya tidak kesulitan dengan mengaplikasikannya di kehidupan nyata. Pentingnya peningkatan sifat-sifat bangun ruang ini karena pada pmbelajaran sifat-sifat bangun ruang ini, siswa terkait langsung dengan khidupan sehari-hari. Di sini siswa nantinya bisa menentukan titik pusat pada jarum jam yang ada di rumahnya yang berbentuk lingkaran, dan menentukan tinggi sebuah topi yang berbentuk kerucut.
Pembelajaran yang bermutu akan dapat mencapai hasil yang baik dan dapat mengembangkan kemampuan siswa. Dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat besar dalam mengorganisasikan kelas sebagai bagian dari proses pembeajaran dan siswa sebagai subjek yang sedang belajar.
Berdasarkan kenyataan pada pembelajaran matematika di SDN 29 Teratak Tempatih Kec. Batang Kapas, banyak siswa yang kurang memahami sifat-sifat bangun ruang ini di kelas V Sekoah Dasar. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui bentuk dari bangun ruang ini. Sehingga menyebabkan hasil belajar pada sifat-sifat bangun ruang di kelas V rendah.
Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian semester II pada pembelajaran sifat-sifat bangun ruang di kelas V SDN 17 Simaung Cumateh Kec. Koto XI Tarusan tahun pelajaran 2010/2011.









Nilai Ulangan Siswa Kelas V
No
Nama Siswa
KKM
Nilai
Keterangan
1
R
6,60
3,00
Tidak tuntas
2
R
6,60
4,00
Tidak tuntas
3
T
6,60
4,80
Tidak tuntas
4
G
6,60
4,00
Tidak tuntas
5
L
6,60
3,50
Tidak tuntas
6
M
6,60
8,80
Tuntas
7
G
6,60
4,00
Tidak tuntas
8
M
6,60
4,50
Tidak tuntas
9
A
6,60
7,00
Tuntas
10
D
6,60
8,30
Tuntas
11
W
6,60
4,80
Tidak tuntas
12
D
6,60
5,80
Tidak tuntas
13
I
6,60
4,80
Tidak tuntas
14
L
6,60
8,80
Tuntas
15
H
6,60
5,80
Tidak tuntas
16
D
6,60
3,80
Tidak tuntas
17
A
6,60
2,80
Tidak tuntas
18
R
6,60
4,30
Tidak tuntas
19
Y
6,60
7,80
Tuntas
20
A
6,60
4,50
Tidak tuntas
21
E
6,60
4,00
Tidak tuntas
22
P
6,60
4,00
Tidak tuntas
23
A
6,60
4,50
Tidak tuntas
24
R
6,60
4,00
Tidak tuntas
25
V
6,60
4,80
Tidak tuntas
            Sumber: buku nilai siswa kelas V SDN 17 Simaung Cumateh
            Table di atas menunjukkan bahwa hasil nilai ulangan semester II siswa kelas V SDN 17 simaung cumateh kec. Koto xi tarusan pada pembelajaran sifat-sifat bangun ruang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 6,60. Rata-rata persentase siswa yang tuntas hanya 20% dan tidak tuntas sekitar 80%. Jadi terlihat bahwa lebih banyak siswa yang tidak tuntas dibandingkan siswa yang pada siswa kelas V SDN 17 simaung cumateh kec. Koto xi tarusan. Hal ini mnunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pembeajaran sifat-sifat bangun ruang masih rendah.
            Untuk mengatasi masalah diatas, dibutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang agar proses pembelajaran sifat-sifat bangun ruang ebih menyenangkan dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan Contextual Teaching And learning (CTL).
            Pendekatan merupakan suatu konsep dasar yang menguatkan dan melatari pembelajaran. Penggunaan pendekatan tentunya disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan, dengan mempertimbangkan situasi kondisi kelas, sarana dan prasarana serta pertimbagan lain. Maka dari itu, guru dituntut untuk mempunyai pengetahuan dan ketrampilan menggunakan berbagai pendekatan dalam pembelajaran.
            Menurut Dikdasmen (2008: 1) “pendekatan kontekstual (CTL) merupakan konsep belajar yang menuntut guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari”.
Nurhadi, (2002: 5) mengemukakan “pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi dan mendorong siswa membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.
Menurut Nurhadi (2003: 5) “pendekatan kontekstual (CTL) juga menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar agar kelas lebih hidup “bermakna” karena siswa “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya”.
Penggunaan pendekatan CTL dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang mempunyai peranan penting untuk dapat mningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Penyajian materi dengan pendekatan CTL dapat membuat siswa belajar dalam situasi yang menyenangkan dalam proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan bermakna. Oleh sebab itu penyajian materi dengan menggunakan pendekatan kontekstual memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan hasil belajar. Melalui pendekatan kontekstual, siswa dilatih untuk dapat memecahkan masalah yang ada di dunia nyata atau dalam kehiupan shari-hari. Pemdekatan kontekstual juga bermanfaat menciptakan siswa aktif dalam belajar. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan pendekatan (CTL) menurut Nurhadi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Peningkatan Hasil Belajar Sifat-Sifat Bangun Ruang Dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) di Kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas”.

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Bagaimanakah perencanaan pembelajaran sifat-sifat bangu ruang dengan menggunakan pendekatan contextual Teaching And Learning (CTl) di kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
2.      Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) untuk meningkatkan hail belajar siswa keas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas?
3.      Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa pada sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas?
C.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penlitian proposal ini adalah untuk mendeskripsikan:
1.      Perencanaan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
2.      Perencanaan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
3.      Pelaksanaan peningkatan hasil belajar siswa pada sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
D.      Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:
1.      Peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat membandingkannya dengan penerapan teori pembelajaran yang lain disekolah dasar.
2.      Guru diharapkan menerapkan teori ini, karena dapat bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanankan pembelajaran matematika.
3.      Pembaca diharapkan hendaknya dapat menambah pengetahuan pembaca tentang Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajran Matematika.

BAB II
KERANGKA TEORI
A.     Kajian Teori
1.      Tinjauan Tentang Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh setelah melakukan kegiatan hasil belajar dan menjadi indicator keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hasil belajar ditandai dengan adanya suatu perubahan yang terjadi dalam diri siswa. Sebagaimana yang dikatakan Nana (2002: 28) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiiki setelah seseorang memiiki pengalaman yang belajar.
Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu materi pelajaran. Hasil belajar siswa itu dapat diperoleh dengan mengadakan evaluasi. Dimana evaluasi itu merupakan kegiatan dari belajar mengajar. Menurut Oemar (1993: 21) mengatakan bahwa:
Hasil belajar adalah tingkah laku yang timbul misalkan dari tidak tahu menjadi tahu, timbul pengertian-pengertian baru, perubahan daam sikap kebiasaan, keterampilan, kesanggupan, menghargai, perkembangan sifat-sifat social, emosional dan pertumbuhan jasmani. Jadi hasil belajar diperoleh setelah siswa melakukan kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh setelah proses pembelajaran dilaksanakan. Baik dalam bentuk prestasi belajar maupun perubahan tingkah laku dan sikap siswa yang telah mengalami belajar. Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu pelajaran. Untuk mengetahui apakah proses pembelajaran yang dilakukan sudah mampu merobah tingkah laku peserta didik maka terlebih dahulu perlu diketahui hasil belajar yang diperoleh siswa.
Dalam penelitian yang dilakukan ini hasil belajar merupakan proses tingkah laku individu, yang  meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang merupakan hasil dari aktivita belajar yang ditunjukkan dengan angka.
2.      Sifat-sifat Bangun Ruang
Cholis (1999: 237) menyatan bahwa “bangun ruang mempunyai unsur-unsur atau bagian-bagian yaitu: (1) Sisi adalah suatu bidang pada bangun ruang yang membatasi bangun tersebut dengan sekitarnya. (2) Rusuk adalah pertemuan dua sisi yang berupa garis. (3) Titik sudut adalah pertemuan tiga buah rusuk”.
Menurut Tajuddin (2002: 90) “Bangun ruang adalah bangun yang dibentuk dari himpunan titik, tidak satu bangunruang yang terbentuk oleh perpotongan garis-garis yang mempunyai bagian-bagian rusuk, titik sudut, garis dan sisi”.
Bangun ruang mempunyai komponen:
a.       Sisi adaah bidang yang merupakan batas dari suatu bangun yang membatasi bangun tersebut dengan sekitarnya.
b.      Rusuk adalah pertemuan atau persekutuan dari dua sisi yang berupa ruas garis.
c.       Titik sudut adalah pertemuan dua buah rusuk atau lebih.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah “suatu himpunan titik yang tidak seluruhnya terletak pada satu bidang yang terdiri dari sisi, mempunyai titik sudut, dan mempunyai rusuk membentuk bangun ruang tersebut”.
Sifat-sifat bangun ruang:
a.       Prisma Tegak
Menurut Sobirin (2007: 42) “Prisma tegak adalah bangun ruang yang dibatasi oleh enam bujur sangkar yang kongruen/bidang enam beraturan.
                                               
                                    Sifat-sifatnya:
a.       Mempunyai 6 sisi yang berbentuk persegi atau persegi panjang dan sisi yang berhadapan sama luas.
b.      Mempunyai 12 rusuk.
Rusuk-rusuk yang sejajar sama panjang.
c.       Mempunyai 8 titik sudut.
b.      Tabung
Menurut Sobirin (2006: 46) “Tabung adalah prisma tegak yang bidang alasnya berbentuk lingkaran”. Tajuddin (2002: 96) menyatakan bahwa “Tabung merupakan bangun ruang yang berbatas bidang lengkung dan dua bulatan yang sama besar”.
                                   
                                    Sifat-sifatnya:
a.       Memiliki sisi alas dan sisi atas berbentuk lingkaran yang sebangun dan sejajar.
b.      Memiliki sisi lengkung yang disebut selimut tabung.
c.       Tidak memiliki titik sudut.
d.      Memiliki tinggi yaitu jarak antara alas dengan sisi atas tabung.

c.       Limas
Menurut Jalius Hambali (1991: 321) “Limas segitiga merupakan bidang empat, yaitu bangun ruang yang mempunyai sisi paling sedikit 4 dan sisi alasnya berupa daerah segitiga”.
Menurut Asyarie (1998: 60) “Limas segi empat yaitu limas yang alasnya berbentuk segi empat”.
                                                                                   
1.                                                            2.
 


                                               
Limas Segitiga                                   Limas segi empat
Sifat-sifatnya:
a.       Alasnya berbentuk segitiga, segi empat, segi lima dan sebagainya.
b.      Memiliki titik puncak yang merupakan pertemuan beberapa buah segitiga.
c.       Memiliki tinggi yang merupakan jarak dari titik puncak ke alas limas.
d.      Memiliki bidang sisi, titik sudut, dan rusuk.
Pada limas segitiga ada 4 bidang sisi, 4 titik sudut dan 6 rusuk. Pada limas segi empat ada 5 bidang sisi, 5 titik  sudut dan 8 rusuk. Pada limas segi enam ada 7 bidang sisi, 7 titik sudut dan 12 rusuk.
                                 d.         Kerucut
Kerucut adalah suatu bangun ruang yang merupakan suatu limas beraturan yang bidang alasnya berbentuk ingkaran
 


                                    Sifat-sifatnya:
                                                                                        a.         alasnya berbentuk lingkaran.
                                                                                       b.         memiliki sisi lengkung sebagai selimut kerucut.
                                                                                        c.         memiliki titik puncak.
                                                                                       d.         jarak titik puncak ke alas disebut tinggi kerucut.
3.      Pendekatan contextual Teaching And Learning (CTL) dan Pembeajarannya.
                                             a.         Pengertian Pendekatan contextual Teaching And Learning (CTL)
Menurut Nurhadi (2003: 12)
Pendekatan CTL merupakan konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong peserta didik untuk dapat menghubungkan pengetahuan yang dimililkinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga bahkan anggota masyarakat dimana dia hidup.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Ahmad (2004: 12) yang mengatakan bahwa “pendekatan CTL dalam konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa dalam membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dengan kehidupan sehari-hari”
Menurut Jhonson Eliane (2007: 142) menyatakan bahwa:
Pendekatan CTL adalah sebuah system yang menyeluruh, kontekstual terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Jika bagian-bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah. Setiap bagian kontekstual yang berbeda-beda ini memberikan bantuan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama mereka membentuk suatu system yang memungkinkan para siswa melihat makna dalam hidupnya, dan mengingat materi akademik.

System CTL adalah sebuah system dalam pembelajaran yang bertujuan mendorong para siswa melihat makna dalam matri akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka yaitu dengan konteks keadaan pribadi, social dan budaya.
Pendekatan CTL akan lebih bermakna bagi siswa, karena proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalaminya. Siswa sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi kehidupannya nanti. Dalam kelas CTL, guru berusaha membantu siswa mencapai tujuan. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategy daripada member informasi. Penggunaan dan ketrampilan diperoleh dengan menemukan sendiri. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL menekankan materi, artinya pembelajaran diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Selain itu pembelajaran CTL mendorong siswa untuk menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata, artinya siswa dituntut dapat menerapkannya dalam kehidupan, bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
                                             b.         Karakteristik Pendekatan CTL
Salah satu pendekatan pengajaran yang digunakan adalah Pendekatan CTL, karena Pendekatan CTL memiliki karaktristik. Kumandar (2008: 297) mengidentifikadi ada enam larakteristik dari Pendekatan CTL sebagai berikut: 1) pembelajaran yang bermakna. 2) penerapan pengetahuan. 3) berfikir tingkat tinggi. 4) kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar. 5) responsive terhadap budaya dan 6) pnilaian otentik, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1)      Pembelajaran bermakna, yang pemahaman relevansi, dan penilaian pribadi sangat terkait dengan kepentingan siswa dalam belajar.
2)      Penerapan pengetahuan yaitu kemampuan siswa untuk memahami apa yang dipelajari dan diterapkan dalam tatanan kehidupan dan fungsi dimasa sekarang atau masa yang akan datang.
3)      Berfikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan siswa untuk memanfaatkan berfikir kritis dan kreatifnya dalam pengumpulan data, pemahaman suatu isu, dan pemecahan suatu masalah.
4)      Kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, isi pembelajaran harus dikaitkan dengan standar local, provinsi, nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta dunia kerja.
5)      Responsive terhadap budaya;guru harus memahami dan menghargai nilai, kepercayaan, dan kebiasaan siswa, teman, pendidik, dan masyarakat tempat ia mendidik.
6)      Penilaian otentik, penggunaan berbagai strategy penilaian, misalnya penilaian proyek/tugas terstruktur dan sebagainya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik Pendekatan CTL adalah sebagai berikut: pembelajaran yang bermakna, penerapan pengetahuan, berfikir tingkat tinggi, refleksi dan penilaian autentik.
                                              c.         Prinsip Pelaksanaan Pendekatan CTL
Dalam pengajaran pendekatan yang digunakan adalah Pendekatan CTL, karena pendekatan ini dalam pelaksanaannya mempunyai prinsip.
Menurut Ahmad (2004: 6) dalam penerapannya “Pendekatan CTL terdapat tujuh komponen utama yang harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Komponen-komponen tersebut adalah:
1)      Konstruktivisme, adalah prosese penyusunan atau membangun pengalaman baru dialami siswa. Ini merupakan landasan filosofi yang mendasari Pendekatan pembeajaran CTL. Dalam pandangan kaum konstruktivisme, strategy lebih diutamakan daripada seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan.M
2)      Menemukan sendiri (inqiuri), merupakan proses pembelajaran dimana siswa mencari atau menemukan sendiri objek yang dipelajarinya mealui prosese berfikir sistematis. Bagian inti dari pembelajaran kontekstual, proses penemuan itulah yang paling penting dalam pembelajaran.
3)      Bertanya merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan. Bertanya merupakan kegiatan guru untuk mendorong dan membimbing peserta didik, juga merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran inquiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang diketahuinya dan mengarahkan aspek yang diketahuinya.
4)      Masyarakat belajar, adalah membentuk kelompok belajar. Hal ini dapat terjadi apabila siswa dan guru atau siswa dengan siswa memiliki interaksi yang efektif dan komunikatif.
5)      Permodelan, bagian penting lainnya dalam pembelajaran CTL. Yang dimaksud dengan permodelan ini adalah contoh-contoh belajar, tindakan atau prilaku yang ditunjukkan oleh guru.
6)      Refleksi adalah cara berfikir tentang apa saja yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang apa saja yang sudah dilakukan pada masa lalu. Fungsinya adalah untuk mengevaluasi pengetahuan dan pemahaman lama dengan yang baru.
7)      Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Karakteristik penilaian dalam Pembelajaran CTL adalah: a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. b) bisa digunakan untuk tes formatif maupun sumatifyang diukur ketrampilan dan performen bukan mengingat fakta. c) berkesinambungan, yaitu penilaian yang dilakukan secara terus menerus. d) terintergrasi, penilaian bukan dinilai dari satu aspek saja tetapi dari berbagai aspek. e) dapat digunakan sebagai umpan balik (feed back).
                                             d.         Langkah-langkah Pendekatan CTL
Kunandar (2008: 305), menyatakan bahwa ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan Pembelajaran CTL dikelas. Komponen tersebut adalah:
1.      Konstruktivisme (constructivisme)
2.      Menemukan sendiri (inqiuri)
3.      Bertanya (questioning)
4.      Masyarakat belajar (learning community)
5.      Permodelan (modelling)
6.      Refleksi (refleksion)
7.      Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment)
Nurhadi (2008: 33) menegaskan bahwa pendekatan (CTL) sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki tujuan komponen utama yaitu: Konstruktivisme (constructivisme), Menemukan sendiri (inqiuri), Bertanya (questioning), Masyarakat belajar (learning community), Permodelan (modelling), Refleksi (refleksion), Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Apabila diterapkan di dalam pembelajaran, terlihat pada realitas sebagai berikut:
1.      Kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2.      Kegiatan pembelajaran yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topic atau permasalahan ynag akan dibahas.
3.      Kegiatan pembelajaran yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati menyelidiki, menganalisis topic atau permasalahan yang dihadapi sehingga ia berhasil menemukan sesuatu.
4.      Kegiatan pembeajran yang bisa menciptakan suasana blajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerjasama, dan saling membantu dengan yang lain.
5.      Kegiatan pembelajaran yang bisa menunjukkan model yang bisa dipakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoperasikan sesuatu dan sebagainya.
6.      Kegiatan pembelajaran yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahanny, merekonstruksikan kegiatan yang dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan dan saran atau harapan siswa.
7.      Kegiatan pembelajaran yang bisa diamati secara periodic perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketikanpembelajaran berlangsung.
                                              e.         Keunggulan Pendekatan CLT
Pendekatan CTL digunakan daam proses pembelajaran karena memiliki keunggulan dibandingkan dengan pendekatan lain. Adapun Pendekatan CTL menurut beberapa pendapat antar lain:
Mulyana (dalam ahmad, 2004: 15) mengenukakan bahwa “keunggulan Pendekatan CTL adalah a) orientasi siswa, b) aktif kreatif, c) kooperatif, d) realistis, e) eksploratif, f) kesadaran diri, g) fungsional dan h) konstruktivis”.
Sedangkan Wina (2006: 115) mengatakan keunggulan Pendekatan CTL adalah:
a)Menempatkan siswa sebagi subjek belajar, b) siswa belajar mealui keompok seperti kerja keompok dan diskusi, c) kemampuan didasarkan  atas pengalaman, d) kemampuan didasrkan atas pengalaman, e) tujuan akhir dari proses pembelajaran adalah kepuasan diri, f) tindakan atau prilaku yang dibangun atas kesadaran diri sendiri, g) pengetahuan yang dimiliki seorang individu harus bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing, i) pembelajaran bisa terjadi dimana saja dalam komteks dan setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, j) keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai macam cara misalnya dengan evaluasi diri, penampilan, observasi dan lain-lain.
Selanjutnya peneliti simpulkan keunggulan dari Pendekatan CTL yaitu: menempatkan siswa sebagai subjek belajar dengan kelompok pembelajaran berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, siswa belajar dari pengalaman atau pengetahuan sendiri, sehingga siswa dapat kepuasaan tersendiri dari dirinya. Pendekatan CTL ini bisa terjadi dimana saja dan keberhasilan dengan berbagai cara, yang meliputi evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, observasi dan yang lainnya.

                                              f.          Implementasi Pendekatan CTL
Untuk dapat mengimplementasikannya Pembelajarn CTL, dan guru dalam pembelajarannya mengaitkan antara materi yang akan diajarkannya dengan dunia nyata oeserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan pnerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan 7 komponen utama CTL (Nurhadi, 2004: 13) yakni sebagi berikut:
a.       Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna jika ia diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism)
b.      Memebentuk group belajar yang saling tergantung (interpendent learning groups) yaitu agar hasi pembelajaran diperoleh dari hasi kerja sama dengan orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu diaksanakan dalam keompok-keompok belajar atau proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kelompok.
c.       Menfasilitasi kegiatan penemuan (inquiri) yaitu agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri (bukan hasil mengingat sebuah fakta).
d.      Mengembangkan sikap ingin tahu siswa melaui pengajuan pertanyaan (questioning). Bertanya dipandang sebagi kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan memahami kemampuan berfikir siswa sedangkan bagi siswa sebagi kegiatan bertanya dan menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang diketahuinya dan mengarahkan aspek yang diketahuinya.
e.       Pemodel (modelling) dalam sebuah pembelajaran harus ad model yang bisa ditiru. Guru bisa jadi model tentang pembelajaran yang dipelajari, tetapi model tidak hanya dari guru, siswa juga bisa jadi mode atau melibatkan orang luar.
f.       Refleksi (refleksion) cara berfikir tentang apa saja yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang apa saja yang sudah dilakukan pada masa lalu. Kuncinya adalah sebagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa.
g.       Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan siswa. Pembelajran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan kepada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Kemajuan belajar diniai dari proses, bukan melalui hasil dan dengan berbagai cara. Tes salah satunya itulah hakekat penilaian yang sebenarnya (Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2003: 10-12).
4.      Penerapan  Pendekatan CTL dalam Pembelajaran Sifat-Sifat Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V SD.
Pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan Pendekatan CTL, harus memperhatikan langkah-langkah penggunaan Pendekatan CTL dengan sepenuhnya. Agar proses belajar dapt berjalan dengan effektif dan efisien, sehingga tujuan dari pembelajran tercapai dengan baik. Standar kompetensinya adaah memahami sifat-sifat bangun ruang dan hubungan antar bangun. Kompetensi dasarnya adalah mengindentifikasi sifat-sifat bangun ruang. Adapun langkah-langkah dari penggunaan Pendekatan CTL harus tergambar dari kegiatan awal, kegiata inti dan kegiatan akhir pembelajaran.

Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a)      Mengadakan apersepsi tentang pengertian bangun ruang dan menampilkan alat peraga bangun ruang untuk mengembangkan pemikiran siswa atau membuka schemata pada siswa melalui alat peraga yang ada.
b)      Guru dan siswa bertanya jawab tentang sifat-sifat bangun ruang dan prisma tegak.
c)      Siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun ruang tabung dengan alat peraga yang diguankan.
d)      Siswa berkelompok untuk mencari sifat-sifat bangun ruang limas dan kerucut.
e)      Siswa membuat laporan atas disuse yang telah dilakukan dalam kelompok masing-masing dan keompok lain menanggapinya.
f)       Siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran yang telah diakukan.
g)      Guru mengadakan evauasi sifat-sifat bangun ruang diakhir pembelajaran.
Berdasarkan tahap pembelajaran yang diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pertrmuan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan CTL harus meliputi keseluruhan langkah-langkah dalam penggunaan Pendekatan CTL. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat dilakukan didalam suatu kesatuan yang utuh dan kesinambungan.

B.     Kerangka Teori
Banyak cara yang bisa diakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa diantaranya menciptakan suasana belajar yang mendorong siswa aagar terlihat aktif daam proses pembelajaran. Namun kenyataan yang terjadi motivasi siswa dalam belajar belum maksimal. Keterlibatan siswa dalam mental mamapu memberikan motivasi yang kuat agar siswa mampu maksimal dalam persiapan sebeum belajar dan pada waktu belajar.
Penggunaan pendekatan dalam pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh, semakin tepat pendekatan yang digunakan maka hasil yang diperoleh akan semakin maksimal. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah Pendekatan CTL.
Pendekatan CTL merupakan suatu Pendekatan yang menekankan pada proses keterlibatab siswa dan mendorong siswa untuk menemukan menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata. Siswa tampakmlebih aktif dalam proses pembeajaran untuk menemukan sendiri ilmu tersebut, guru hanya berperan sebagai motivatoer dan fasilitator.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kerangka penelitian dengan menggunakan Pendekatan CTL.


Kerangka Teori Pembelajaran Sifat-sifat Bangun Ruang dengan Pendekatan CTL.
Langkah-langkah Pendekatan CTL.
1.      Kontruktivisme (mengembangkan kemampuan siswa dengan menyebutkan pengertian bangun ruang)
2.      Menemukan sendiri (siswa menemukan sendiri sifat-sifat bangun ruang)
3.      Bertanya (bertanya jawab dengan siswa tentang sifat-sifat bangun ruang)
4.      Masyarakat belajar (siswa berdiskusi kelompok untuk membahas sifat-aifat bangun ruang)
5.      Permodelan (siswa membuat laporan tentang diskusi yang telah dilakukan dan kelompok lain menanggapinya)
6.      Refleksi (membahas kembali dan menyimpulkan sifat-sifat bangun ruang)
7.      Penilaian yang sebenarnya (guru mengadakan evaluasi sifat-sifat bangun ruang pada akhir pembelajaran)

Sifat-sifat Bangun Ruang
1.      Sifat-sifat prisma tegak
2.      Sifat-sifat tabung
3.      Sifat-sifat limas
4.      Sifat-sifat kerucut


Proses Pembelajaran Sifat-Sifat Bangun Ruang




Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pembeajaran Sifat-Sifat Bangun Ruang

BAB III
METODE PENELITIAN
A.     Lokasi Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut:
a.       Guru sering menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
b.      Banyaknya siswa dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas yang kurang menyukai pembelajaran sifat-sifat bangun ruang.
c.       Hasil belajar sifat-sifat bangun ruang rendah, hingga tidak sesuai dengan yang diharapkan.
d.      Belum pernah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan CTL dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang pada siswa dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
2.      Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah guru dan siswa dikelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas yang berjumlah 25 orang. Pertimbangan penulis mengambil subjek penelitian tersebut adalah berdasarkan pengamatan penulis terhadap siswa kelas V yang banyak memiliki nilai matematika dibawah KKM.
3.      Waktu/Lama Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2011/2012 di SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas. Lama penelitian ini adalah 2 minggu. Yang terdiri dari siklus I selama satu minggu dengan dua kali pertemuan dan siklus II satu minggu dengan satu kali pertemuan. Pertemuan I dilaksanakan pada hari senin tanggal 16 januari 2012 pukul 07.30-08.40 WIB dan pertemuan II pada hari kamis tanggal 19 januari 2012 pukul 07.30-08.40 WIB. Sedangkan pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada minggu keempat bulan januari hari Kamis tanggal 26 januari 2012 pukul 07.30-09.15 WIB.
B.     Rancangan Penelitian
1.      Pendekatan penelitian dan jenis penelitian.
a.       Pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dikelas V dengan menggunakan Pendekatan CTL. Penelitian difokuskan pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Menurut Miles (1992: 15) pendekatan kualitatif adalah”data yang muncul berwujud kata-kata dan bukan rangkaian kata, data ini dikumpukan mealui observasi, wawancara, inti sari dokumen dan pita rekaman”.
Menurut Suharsimi (2002: 11) “pendekatan kualitatif digunakan karena pelaksanaan penelitian ini terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami, dan menentukan keterlibatan peneliti secara langsung dilapangan”.
Creswel (dalam Rochiati, 2005: 10)
Mengatakan hal yang senada dengan pendapat diatas bahwa (1) penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, (2) penelitian kualitatif berbeda asumsinya dengan desain kualitatif, penulis adalah instrument utama dala mengumpulkan data, (3) data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dalam kata-kata, (4) focus diarahkan pada persepsi dan pengalaman partisipan, (5) proses sama pentingnya dengan produk, perhatian penulis diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian, (6) penafsiran dalam pemahaman idigrafis, perhatian kepada particular, memuat generalisasi, (7) memunculkan desain, penulis mencoba mengkonstruksikan pemahaman dan penafsiran dengan sumber data manusia, (8) objektifitas dan kebenaran dijunjung tinggi, namun kriterianya berbeda dengan derajat kepercayaan didapat melalui verifikasi berdasarkan koherensi, wawsan dan manfaat.

Menurut Ihat (2007: 193) “Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan”. Analisis data kuantitatif ini dilakukan terhadap hasil belajar dengan menggunakan pendekatan persentase yang dikemukakan oleh BNSP (2006: 12) dengan rumusan sebagai berikut:
x 100%            
Keterangan:     P = Persentase
                        F = frekwensi response
                        N = jumalah responden
Setiap tahap pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif yaitu kerja sama antar peneliti yang melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan (praktis) dengan teman (guru atau teman sejawat) sebagai observer.
b.      Jenis penelitian
Sesuai dengan dengan masalah yang diteliti maka jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (class action research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Menurut Rustam “penelitian Tindakan Keas (PTK) merupakan sebuah penelitian yang dilakukan guru dikelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merifleksikan tindakan inerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”
Menurut Suwarsih “Penelitian Tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis.tentu peneitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya penelitian tindakan kelas”.
2.      Alur Penelitian
Menurut Kemmis dan Taggart (dalam Ritawati, 2007: 69) alur penelitian “merupakan prosedur daur ulang atau siklus yang dimulai dari aspek mengembangkan, perencanaan, melakukan refleksi yaitu perencanaan terhadap tindaka kegiatan dan kesuksesan hasil yang diperoleh”. Sesuai dengan prinsip umu peneitian tindakan, maka setiap tahapan dan sikusnya selau dilakukan secara partisipasi dan kolaboratif antara penulis dengan guru dan kepala sekolah.
Penelitian ini dilakukan dua sikus, masing-masing siklus terdiri dari 2 x pertemuan (4x35menit). Dan siklus II I x pertemuan (3x35menit). Berdasarkan penjelasan diatas gambar alur penelitian ini dapat dilihat pada bagian dibawah ini:



















Alur Penelitian
Menurut Kemmis dan Taggart
Refleksi Awal Berdasarkan Observasi di SD, Guru dan PBM menggunakan Pendekatan CTL.

SIKLUS I
Perencanaan

 


Langkah-langkah CTL
1.      Membangun pengetahuan siswa melalui Tanya jawab tentang pengertian bangun ruang.
2.      Mengadakan Tanya jawab tentang bentuk-bentuk bangun ruang.
3.      Menemukan sendiri tentang sifat-sifat bangun ruang.
4.      Masyarakat belajar melalui kelompok-keompok daam menemukan sifat-sifat bangun ruang yang lain.
5.      Permodelan dengan cara melaporkan hasil dari percobaan.
6.      Refleksi: mencatat apa yang dipelajari dalam buku catatan.
7.      Melakukan penilaian yang sebenarnya.


Tindakan dan pengamatan







Refleksi I
Belum berhasil

 


SIKLUS II
perencanaan
     
Tindakan dan pengamatan
Langkah-langkah CTL
1.      Membangun pengetahuan siswa melalui Tanya jawab tentang pengertian bangun ruang.
2.      Mengadakan Tanya jawab tentang bentuk-bentuk bangun ruang.
3.      Menemukan sendiri tentang sifat-sifat bangun ruang.
4.      Masyarakat belajar melalui kelompok-keompok daam menemukan sifat-sifat bangun ruang yang lain.
5.      Permodelan dengan cara melaporkan hasil dari percobaan.
6.      Refleksi: mencatat apa yang dipelajari dalam buku catatan.
7.      Melakukan penilaian yang sebenarnya.
                                         


                 




Berhasil
Refleksi II

laporan

C.     Prosedur Penelitian
1.      Perencanaan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL. Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
a.       Siklus I pertemuan 1
Perencanaan pembelajaran yang penulis susun sesuai langkah-langkah Pendekatan CTL. Perencanaan pembelajaran ang disusun terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1)      Kegiatan Awal
Kegiatan yang dirancang pada kegiatan awal yaitu: menyiapkan kondisi kelas dan media untuk menunjang pembelajaran, berdo’a mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa untuk Tanya jawab mengenai pengertian bangun ruang sebagi appersesi.
2)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Kunandar yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan sendiri, 3) Bertanya, 4) Masyarakat belajar, 5) Permodelan, 6)Refleksi, 7)Penilaian yang sebenarnya.
3)      Kegiatan Akhir
Pada akhir pemeblajaran guru langsung langsung memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa.
Berdasarkan penilaian yang diperoleh dari hasil observer terhadap penilaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi sifat-sifat bangun ruang pada siklus I pertemuan I adalah 67,85%. Nilai tersebut dibulatkan menjadi 68% dan didapatkan karena perencanaan yang disusun beum dilaksanakan dngan baik. Oleh karena itu penulis harus merumuskan perencanaan yang lebih tepat dan sesuai dengan Pendekatan CTL.
b.      Siklus I pertemuan 2
Perencanaan pembelajaran yang penulis susun sesuai langkah-langkah Pendekatan CTL. Perencanaan pembelajaran ang disusun terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1)      Kegiatan Awal
Kegiatan yang dirancang pada kegiatan awal yaitu: menyiapkan kondisi kelas dan media untuk menunjang pembelajaran, berdo’a mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa untuk Tanya jawab mengenai pengertian bangun ruang sebagi appersesi.
2)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Kunandar yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan sendiri, 3) Bertanya, 4) Masyarakat belajar, 5) Permodelan, 6)Refleksi, 7)Penilaian yang sebenarnya.
3)      Kegiatan Akhir
Pada akhir pemeblajaran guru langsung langsung memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa.
Berdasarkan penilaian yang diperoleh dari hasil observer terhadap penilaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi sifat-sifat bangun ruang pada siklus I pertemuan 2 adalah 71,42%. Nilai tersebut diperoleh karena belum sesuai dengan langkah-langkah CTL. Oleh karena itu penulis harus merumuskan perencanaan yang lebih tepat dan sesuai dengan Pendekatan CTL dan dilanjutkan ke siklus berikutnya.
c.       Siklus II pertemuan 1
Perencanaan pembelajaran yang penulis susun sesuai langkah-langkah Pendekatan CTL. Perencanaan pembelajaran ang disusun terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
1)      Kegiatan Awal
Kegiatan yang dirancang pada kegiatan awal yaitu: menyiapkan kondisi kelas dan media untuk menunjang pembelajaran, berdo’a mengabsen siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meminta siswa untuk Tanya jawab mengenai pengertian bangun ruang sebagi appersesi.
2)      Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran CTL menurut Kunandar yaitu: 1) Konstruktivisme, 2) Menemukan sendiri, 3) Bertanya, 4) Masyarakat belajar, 5) Permodelan, 6)Refleksi, 7)Penilaian yang sebenarnya.
3)      Kegiatan Akhir
Pada akhir pemeblajaran guru langsung langsung memberikan tindak lanjut berupa PR kepada siswa.
Berdasarkan penilaian yang diperoleh dari hasil observer terhadap penilaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan materi menyeesaikan masalah sifat-sifat bangun ruang dalam kehidupan sehari-hari pada siklus II pertemuan 1 adalah 82,14%. Nilai tersebut diperoleh sesuai dengan langkah-langkah CTL. Oleh karena itu penulis telah berhasil dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan baik.
2.      Pelaksanaan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL. Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
a.       Pelaksanaan dari aspek siswa

1.      Siklus I pertemuan 1
Pada kegiatan pembelajran siklus I, siswa terlihat kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil pengematan yang dilakukan oleh pengamat II kegiatan pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut: pada pertemuan 1 jumlah skor minimal dengan persentase 64,28%. Jadi keberhasilan kegiatan siswa pada siklus I ini termasuk pada kategori cukup. Pelaksanaannya belum maksimal seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari kerja siswa dalam belajar keompok. Dimana selama belajar kelompok berlangsung hanya sebagian keci siswa yang ikut aktif dan berpartisipasi.
2.      Siklus I pertemuan 2
Pada pembelajaran pertemuan ke 2 ini masih ada siswa yang tidak mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat II kegiatan pembelajaran dapat dipaparkan sebagai berikut: pada pertemuan ke 2 jumlah skor maksimal dengan persentase 71,42% dan sudah tergolong baik. Pelaksanaannya hamper maksimal. Hal ini terlihat dari kerja siswa dalam belajar keompok. Dimana selama belajar kelompok berlangsung hanya sebagian keci siswa yang ikut aktif dan berpartisipasi.
3.      Siklus II pertemuan 1
Pada pembelajaran pertemuan ke 2 ini sudah hamper seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran sifat-sifat bangun ruang. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat II skor sudah mencapai 82,14% dan sudah tergolong sangat baik. Dan sudah berhasil melaksanakan Pendekatan CTL.
b.      Pelaksanaan dari aspek guru
1)      Siklus I pertemuan 1
Kegiatan guru dalam pembelajaran pada pertemuan 1 secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya. Kenyataan ini didukung oleh guru kelas III sebagai pengamat 1 dengan menggunakan lembaran pengamatan guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan pengamat skor yang didapatkan 60,74%. Peneliti telah berupaya menerapkan dan meaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang, namun pelaksanaannya masih belum maksimal.
2)      Siklus I pertemuan 2
Kegiatan guru dalam pembelajaran pada pertemuan 2 secara umum telah berlangsung sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya. Kenyataan ini didukung oleh guru kelas III sebagai pengamat 1 dengan menggunakan lembaran pengamatan guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan pengamat skor yang didapatkan 67,85%. Peneliti telah berupaya menerapkan dan meaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dirancang, namun pelaksanaannya masih belum maksimal.


3)      Siklus II pertemuan 1
Kegiatan guru dalam pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 berlangsung sesuai dengan apa yang diharapkan. Kenyataan ini didukung oleh guru kelas III sebagai pengamat 1 dengan menggunakan lembaran pengamatan guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan pengamat skor yang didapatkan 78,57%. Peneliti telah berhasil melaksanakan Pendekatan CTL, dalam penilaian kegiatan guru.
3.       Hasil belajar siswa pada pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL. Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas.
a.       Siklus I pertemuan 1
Pada tahap yang diamati adalah hasil belajar siswa ada tiga aspek penilaian yaitu:
1.      Aspek kognitif
Dalam aspek ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa. Keberhasilan siswa dilihat dari evaluasi yang dilakukan pada siklus I pertemuan 1 pembelajran sifat-sifat bangun ruang melalui Pendekatan CTL. Yang dijabarkan dalam table.
2.      Aspek afektif
Dalam apek ini dapat dilihat selama proses pembeajaran berlangsung siklus I pertemuan 2. Nilai yang diperoleh dapat ijabarkan dalam sebuah table penilaian aspek afektif.
3.      Aspek psikomotor
Pada aspek ini berisi tentang evaluasi proses kelompok, selama proses pembelajaran berlangsung dan dituliskan dalam sebuah table penilaian aspek psikomotor.
b.      Siklus I pertemuan 2
Pada tahap yang diamati adalah hasil belajar siswa ada tiga aspek penilaian yaitu:
1.      Aspek kognitif
Dalam aspek ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa dan ketuntasan belajar siswa. Keberhasilan siswa dilihat dari evaluasi yang dilakukan pada siklus II pertemuan 1 pembelajran sifat-sifat bangun ruang melalui Pendekatan CTL. Yang dijabarkan dalam table.
2.      Aspek afektif
Dalam apek ini dapat dilihat selama proses pembeajaran berlangsung siklus II pertemuan 3. Nilai yang diperoleh dapat ijabarkan dalam sebuah table penilaian aspek afektif.


3.      Aspek psikomotor
Pada aspek ini berisi tentang evaluasi proses kelompok, selama proses pembelajaran berlangsung dan dituliskan dalam sebuah table penilaian aspek psikomotor.
4.      Refleksi
a.       Siklus I
Refleksi diartikan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang terjadi, apa yang tlah dihasilkan atau yang belum tuntas pada langkah sebelumnya, sebagai bahan pertimbangan tindakan berikutnya. Dalam tahap ini observer telah mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru saja dilakukan. Hal-hal yang telah dibicarakan dalam refleksi adalah: 1. Menganalisis tindakan yang telah dilakukan, 2. Mengulas dan mejelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, 3. Melakukan intervensi, permaknaan, dan menyimpulkan data yang diperoleh. Hasil refleksi ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan pada siklus II.
b.      Siklus II
Refleksi diartikan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang terjadi, apa yang tlah dihasilkan atau yang belum tuntas pada langkah sebelumnya, sebagai bahan pertimbangan tindakan berikutnya. Dalam tahap ini observer telah mengadakan diskusi terhadap tindakan yang baru saja dilakukan. Hal-hal yang telah dibicarakan dalam refleksi adalah: 1. Menganalisis tindakan yang telah dilakukan, 2. Mengulas dan mejelaskan perbedaan rencana dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan, 3. Melakukan intervensi, permaknaan, dan menyimpulkan data yang diperoleh. Hasil refleksi ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan pada siklus II.
D.     Data dan Sumber Data
1.      Data penelitian
Data penelitian ini merupakan hasil pengamatan dan catatan lapangan, dari setiap tindakan perbaikan pada pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas. Data tersebut berkaitan dengan:
a.       Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai terlebih dahulu disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrument format penujang pelajaran. Materi pembelajaran diambil berdasrkan KTSP 2006 Sekolah Dasar pada mata pelajaran matematika kelas V semester II. Buku panduan yang digunakan adalah buku teks matematika kelas V terbitan BSE. Standar kompetensinya memahami sifat-sifat bangun ruang an hubungan antar bangu. Kompetensi dasarnya mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
b.      Pelaksanaan pembelajaran yang berhubungan dengan prilaku guru dan siswa yang meliputi interaksi pembelajaran antar guru dan siswa, siswa dengan siswa dan siswa, guru dalam pembelajaran sifat-sifat bangun ruang.
c.       Hasil tes siswa baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan tindakan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
2.      Sumber data
Sumber data penelitian ini diperoleh dari hasil pengamatan proses kegiatan pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL Pada siswa kelas V SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas Kab. Pesisir Selatan yang meliputi perencanaan pembelajaran. Pelasanaan yang terdiri dari orientasi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru membagi siswa beberapa kelompok, dengan kelompok siswa bisa memecahkan masalah dengan inquiri, siswa melaporkan hasil inquiri yang telah dilakukan, membimbing siswa untuk mengambil kesimpulan dari hasil belajar dan mengaplikasikan simpulan daam kehidupan sehari-hari.
E.     Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini dilakukan melalui cara/teknik berikut ini:
1.      Lembar instrument Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (APKG)
2.      Panduan observasi (pengamatan), aktivitas siswa pada pembelajaran sifat-sifat sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
3.      Tes digunakan untuk mencari data hasil belajar siswa setelah belajar sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
F.      Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kuaitatif dan kuantitatif yang ditawarkan oleh Miles dan Hubberman (1992: 18) yakni analisis data dimulai dengan menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh terkumpul, direduksi berdasarkan masalah yang diteliti, diikuti penyajian data dan terakhir pengumpulan data atau verifikasi. Tahap analisis yang demikian dilakukan berulang-ulanng begitu data selesai dikumpulkanpada setiap pengumpulan data dalam setiap tindakan. Tahap analisis tersebut diuraikan sebagai brikut:
1.      Menelaah yang telah dikumpulkan. Seperti mengelompokkan data pada siklus I dan siklus II. Kegiatan menelaah data dilaksanakan sejak awal data terkumpul.
2.      Reduksi data meliputi kategorian dan pengklasfikasian. Semua data yang terkumpul dipisah-pisahkan lalu diseleksi mana yang relevan dan mana yang tidak. Data yang relevan dianalisis dan yang tidak dibuang.
3.      Menyajikan data dilakukan dengan cara mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi. Data tersebut mula-mula disjikan terpisah, tetapi setelah tindakan terakhir direduksi, keseluruhan data tindakan dirangkum dan disajikan secara terpadu sehigga diperoleh sajian tunggal berdasarkan focus pembelajaran sifat-sifat bangun ruang dengan menggunakan Pendekatan CTL.
4.      Menyimpulkan hasil penelitian. Tindakan ini merupakan akhir penelitian, diikuti dengan kegiatan trianglusi atau pengujian temuan penelitian. Kegiatan trianglusi dilakukan dengan cara: a. peninjauan kembali catatan lapangan, dan b. bertukar pikiran dengan ahli, teman sejawat, dan guru serta kepala sekolah.
Penelitian ini juga menggunakan analisis data kuantitatif. Data dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK kemudian dianalsisis secara deskriptif dengan menggunakan tekhnik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran. Sedangkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan persentase yang dikemukakan oleh BNSP (2006: 12) dengan rumus sebagai berikut:

x 100%

Keterangan:     P = Persentase
                        F = frekwensi response
                        N = jumalah responden
Persentase penilaian yang digunakan adalah penilaian tindakan yang dikemukakan oleh Aderusliana (2009: 6) dengan rumus sebagai berikut:
 x 100%

Kriteria keberhasilan setiap tindakan adalah 75%. Nilai ketuntasan kelas yang diharapkan berdasarkan standar ketuntasan materi di  SDN 29 Teratak Tempatih Kecamatan Batang Kapas adalah 75%. Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar (2008: 428-429) bahwa standar ketuntasan pembelajaran adalah 75% sedangkan untuk niai ketuntasan perorangan siswa adalah 75.








































     
                                         

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar